Sabtu, 23 Juli 2011

KOTA DAN DAERAH BELAKANGNYA

A.    Terbentuknya Kota Di Indonesia 
  1. Karena kebutuhan sosial, diantaranya kebutuhan tolong menolong, bertukar pikiran, berteman, melakukan pekerjaan yang tidak mampu dikerjakan sendiri, atau alasan keamanan. 
  2. Karena pertimbangan ekonomi, konsentrasi domisili berdasarkan pertimbangan ekonomi terutama muncul karena bakat dan keahlian yang berbeda yang akan menciptakan spesialisasi, artinya kebutuhan keluarga tidaklagi dihasilkan oleh masing-masing keluarga, tetapi cukup mengkonsentrasikan diri pada kegiatan tertentu sedangkan kebutuhan lainnya diperoleh melalui pertukaran (jual beli) sehingga terjadi suatu perdagangan. Karena adanya keuntungan yang diperoleh pada lokasi  terjadinya jual beli, baik sebagai produsen atau sebagai perantara (jual beli) maka banyak keluarga yang tertarik untuk pindah dari tempat lain ke lokasi perdagangan tersebut.
B.     Definisi Kota
Dalam perencanaan wilayah, sangat perlu untuk menetapkan suatu tempat pemukiman atau tempat berbagai kegiatan itu di sebut kota atau bukan. BPS dalam pelaksanaan survey status desa/ kelurahan yang dilakukan pada tahun 2000, menggunakan kriteria sebagai berikut:
  1. Kepadatan penduduk perkilometer persegi. 
  2. Persentase rumah tangga yang mata pencaharian utamanya adalah pertanian dan non pertanian. 
  3. Persentase rumah tangga yang memiliki telephon.  
  4. Persentasa rumah tangga yang menjadi pelanggan listrik 
  5.  Fasilitas umum.
Pada dasarnya untuk melihat apakah konsentrasi itu sebagai kota atau tidak, adalah dari seberapa banyak jenis fasilitas perkotaan yang tersedia dan seberapa jauh kota itu menjalankan fungsi perkotaan. Fasilitas dan fungsi perkotaan antara lain : 
  1. Pusat perdagangan, yang tingkatanya dapat di bedakan atas: melayani masyarakat kota itu sendiri, kota daerah pinggiran, melayanai beberapa kabupaten, melayani pusat provinsi atau pusat kegiatan perdagangan antar pulau.
  2. Pusat layanan jasa, misalnya: tukang pangkas, salon, pengacara, notaris, perbankan, perhotelan, asuransi, pelayanan Pos, tempat hiburan, dll.
  3. Tersedianya prasarana perkotaaan, seperti: jalan kota yang baik, jaringan listrik, telepon, jaringan ais minum, pelayanan sampah, system drainase, taman kota, pasar. 
  4. Pusat penyediaan fasilias social, seperti: prasarana penddidikan, kursus keterampilan, kesehatan dengan berbagai tingkatannya termasuk apotek, tempat ibadah, prasarana olah raga, dan gedung pertemuan. 
  5. Pusat pemerintahan. 
  6. Pusat komunikasi dan pangkalan transportasi 
  7. Lokasi pemukiman yang tertata.
C.    Keuntungan berlokasi pada tempat konsentrasi
  1. Economic of Scale adalah keuntungan karena dapat memproduksi secara berspesialiasi sehingga produksi lebih besar dan biaya per unitnya lebih efisien. Artinya dengan melakukan spesialisasi sehingga dengan modal yang sama dapat dipilih suatu bagian produksi khusus walaupun tidak komplet tapi dapat di buat secara besar-besaran. 
  2. Economic of Localization adalah keuntungan karena di tempat itu terdapat berbagai keperluan dan fasilitas yang dapat di gunakan oleh perusahaan. Berbagai fasilitas yang memperlancar kegiatan perusahaan itu misalnya jasa perbankan, asuransi, perbengkelan, perusahaan listril, air, dll. Mudah memperoleh tenaga buruh, sebagai pusat perdagangan baik untuk memperoleh bahan baku atau menjual barang yang diproduksi.
D.    Bentuk hubungan antara kota dengan daerah belakangnya 
  1. Kota Generatif adalah kota kota yang menjalankan bermacam-macam fungsi, baik untuk dirinya sendiri atau untuk ddaerah belakngnya, sehingga bersifat saling menguntungkan/mengembagkan. Kota-kota seperti ini membutuhkan bahan makanan, bahan mentah, dan tenaga kerja dari daerah pedalaman. Dengan kata lain, dapat menyerap/memasarkan produksi daerah pedalaman dan sekaligus menytediakan kebutuhan daerah pedalaman. Perkembangan perkotaan akan meningkatkan daya serapnya terhadap produk pedalaman sehingga kedua belah pihak akan berkembag sejajar. 
  2. Kota Parasitif adalah kota yang tidak banyak berfungsi untuk menolong daerah belakangnya dan bahkan bias mematikan berbagai usaha yang mulai tumbuh di desa. Kota parasitif umumnya adalah kota yang belum banyak berkembang industrinya dan masih memiliki sifat daerah pertanian tetapi juga perkotaan sekaligus. Kegiatan industry/kerajinan yang bersifat duplikatif dengan apa yang dapat dilakukan orang pedesaan. 
  3. Kota yang bersifat Enclave (Tertutup) adalah kota yang berkembang tetapi tidak mengharapkan input dari daerah sekitarnya, melainkan dari luar. Dalam hal ini, kota adalah suatu enclave yakni terpisah sama sekali dari daerah sekitarnya. Kota yang bersifat enclave  sering terjadi pada kota atau pemukiman pertambangan besar, di mana tingkat kehidupan antara di pemukiman dengan di luar pertambangan sangat mencolok perbedaannya. Buruknya prasarana perbedaan taraf hidup atau pendidikan yang sangat mencolok dan faktor lain dapat membuat kurangnya hubungan antara perkotaan dengan daerah sekitarnya. Untuk menghindari hal ini daerah pedalaman perlu lebih didorong, sedangkan daerah perkotaan mungkin dapat berkembang atas kemampuan sendiri. Agar pertumbuhan kota dan daerah belakangnya dapat sejajar maka daerah belakang memerluka bantuan yang lebih banyak.

1 komentar: